Kandungan kortisol atau hormon stres di rambut lebih akurat untuk menentukan risiko serangan jantung. Dibandingkan di dalam darah atau cairan tubuh lainnya, hormon tersebut bertahan lebih lama di bagian rambut.
Stres disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko serangan jantung atau infark myokard akut (IMA). Tingkat stres dapat diukur berdasarkan peningkatan hormon kortisol yang terjadi saat seseorang mengalami tekanan secara psikologis.
Dikutip dari CBC News, Jumat (3/9/2010), pengukuran tersebut umumnya dilakukan dengan mengamati sampel darah, urine atau air ludah. Kadar kortisol dalam cairan tubuh semacam itu cukup akurat untuk mengukur tingkat stres, namun tidak untuk melihat risiko serangan jantung karena sifatnya hanya sementara.
Sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal STRESS mengungkap, pengukuran kadar kortisol untuk menentukan risiko serangan jantung paling baik dilakukan di bagian rambut. Kortisol bertahan lebih lama di bagian tersebut, sehingga lebih menggambarkan tingkat stres dalam periode yang lebih panjang.
Dikatakan juga dalam penelitian tersebut, rambut hanya tumbuh rata-rata 1 cm dalam 1 bulan. Oleh karena itu, kadar kortisol dalam rambut sepanjang 6 cm misalnya dapat menggambarkan tingkat stres seseorang selama periode lebih dari 6 bulan.
Penelitian yang dilakukan di University of Western Ontario itu melibatkan 56 pasien IMA di sebuah rumah sakit. Sampel rambut sepanjang 3 cm yang diambil dari para pasien dianalisis, lalu dibandingkan dengan sampel rambut dari 56 pasien yang menderita penyakit lain.
"Kesimpulannya, para pasien IMA mengalami peningkatan kadar kortisol dalam 3 bulan sebelumnya. Ini membuktikan bahwa rambut cukup akurat untuk mengukur tingkat stres yang erat kaitannya dengan risiko serangan jantung," ungkap Dr. Gideon Koren, pakar toksikologi molekuler yang memimpin penelitian tersebut.
No comments:
Post a Comment